Saya ingin jadi penyiar radio

“Kill,aku ingin jadi penyiar radio.”

“Ah.. Kamu, bicara pada manusia saja masih kesulitan begitu, apalagi bicara dengan mic.”

“Itu kan kalau bicara dengan kamu.. (kalau bicara dengan orang lain aku bisa berlaku jauh lebih baik)”

“Jadi menurutmu,aku bukan manusia?”

“Setidaknya aku masih berusaha menanggapi meski kamu selalu bicara padaku dengan tidak enak, hla kalau mic?”,timpalmu lagi..

Ah.. Kill.
Harus berapa kali saya katakan, bahwa jangankan bicara padamu, hawa keberadaanmu saja itu sudah melemahkan saya.

Yang tidak pernah bisa saya jelaskan pada kamu adalah kenapa saya bisa seperti itu, dan masih seperti itu pada manusia yang sudah saya kenal hampir 7 th lamanya.

Bukan berarti saya tidak bisa menjadi diri saya yang seutuhnya saat bersama kamu. Pernah tidak,kamu menemukan kenyamanan dan kedamaian rasa, hingga tubuhmu serasa meleleh dan jiwamu seperti melayang-layang dengan tali peraknya?
Pernahkah kamu menemukan suatu hal yang sangat menarik fokusmu sampai sampai semua syaraf panca indramu manjadi kaku?
Saya diam, tapi saya merasa seperti sudah mencerna dan menceritakan segalanya padamu.
Dalam keheningan, saya menikmati kamu sepenuhnya.

Kamu selalu kesal dengan sikap saya itu. Dan saya selalu berusaha melawan kediaman saya karnamu. Meski selalu gagal pula pada akhirnya.

Ah.
Kenapa Tuhan bisa menciptakan makhluk seindah kamu?
Bahkan Bima dengan segala kegagahan dan keliarannya (yang sangat kamu kagumi itu) tidak lebih menarik dimata saya daripada sosokmu.

Tapi Kill. Saya masih ingin jadi penyiar radio.
Itu keinginan konyol saya saat SMP dan keinginan itu muncul lagi sekarang.

“Serius ni. Menurutmu aku benar-benar tidak cocokkah jadi penyiar radio?”

“Menurutku sih begitu… Ya, tapi seperti katamu, segala sesuatu bisa dipelajari.”

Saya diam. Lagi.
Ah,Kill.. Bukankah Tuhan memang tidak menciptakan saya dengan banyak bakat seperti kamu?
Dibutuhkan fokus yang sangat, berkali-kali kejatuhan dan usaha penuh drama bagi saya untuk dapat menghasilkan buah.
Bukankah tekad nekat dan ngeyel pada Tuhan adalah satu-satunya kelebihan yang bisa saya banggakan?

Saya ingin jadi penyiar radio. Bukan untuk memaksa kamu mendengar radio dengan alibi memberikan pendapat tentang siaran saya.
Bagus tidak?
Apa suara saya terdengar aneh?
Apa saya cukup komunikatif?

Saya hanya ingin, tanpa alasan tertentu.
Seperti perasaan saya pada kamu, hanya cinta, tanpa latar belakang apapun.

Atau mungkin jika dipaksa harus mencantumkan alasan, agar saya tidak kamu sebut dengan bernafsu, saya akan berkata bahwa saya ingin jadi pemecah kesunyian bagi jiwa jiwa yang kesepian, termasuk jiwa saya.
Saya ingin jadi suara yang membagi kebahagiaan, meski tidak akan kamu dengar juga.
Seperti saya yang akan tetap menjadi tulisan, meski tidak kamu baca juga.

Berbeda dengan, perasaan saya pada kamu, segila apapun saya memikirkan alasannya, tetap tidak bisa saya temukan.
Bukankah cinta itu sama gaibnya dengan keberadaan Tuhan?

Jadi Kill, saya tetap ingin jadi penyiar radio.

Tinggalkan komentar