Ketetapan yang nilainya konstan, hah?

“Aku datang ke tempat ini hanya untuk melihatmu..”, satu buah kalimat yang ku kutip dari tulisan seorang kawan. Entah kenapa aku suka sekali penekanan pada kalimat itu..
Mengingatkanku pada dia, diriku sendiri, dan banyak orang yang mungkin mengalami cerita yang sama.. Entahlah

Berbulan bulan telah berlalu dari saat terakhir kali aku melihatmu… Ku pikir bahwa wajahmu saja aku sudah lupa
Tapi saat alam menggerakkan jalannya dunia, dan memaksaku untuk kembali bertemu denganmu…
Nyatanya semua masih sama.

Aku masih hafal benar dengan aroma tubuhmu.. Aku masih suka dengan caramu bercerita dan logat bicaramu yang aneh..
Aku juga masih harus menarik beberapa nafas panjang untuk menenangkan jantungku saat berhadapan denganmu..
Dan aku juga..masih sangat membenci diriku, karna selalu kalah olehmu..mati hanya dengan tatapanmu..
Lidahku kelu, membeku…syaraf syarafku serasa berhenti memproduksi neurotransmiter saat mendengar suaramu..

Lalu biasanya aku akan  mengutuki diriku, memukul mukul kepalaku dan berkata betapa bodohnya aku.. Kenapa aku tidak pernah bisa bersikap wajar padamu?
Kenapa aku tidak bisa membuatmu nyaman saat bersamaku?
Kenapa aku membuatmu harus berusaha keras untuk “menjadi temanku”?

Ah.. Semua masih sama.
Sepertinya, perasaanku padamu sudah benar benar menjadi ketetapan penentu laju reaksi yang nilainya konstan..-_-

Tinggalkan komentar